Perempuan Lebih Peka Stres
2 Jul 2010
Studi Rita Valentino, ilmuan saraf di Rumah Sakit Anak-anak Philadelphia, AS, menemukan tikus betina lebih peka dan kurang mampu beradaptasi terhadap naik dan turunnya tingkat hormon stres bernama corticotropin-releasing factor
(CRF).
Studi Valentino berfokus pada CRF, hormon yang dihasilkan dalam otak sebagai respons terhadap stres baik pada manusia maupun tikus. Valentino dan tim menganalisis otak-otak tikus ketika mereka bereaksi terhadap uji stress. Mereka menemukan, pada tikus-tikus betina, neuron-neuron memiliki reseptor untuk CRF yang terikat lebih kencang pada hormon itu sehingga lebih responsif terhadap CRF.
Selain itu, setelah stres, tikus-tikus jantan memiliki respons adaptif yang disebut internalisasi, pada sel-sel otak mereka. Sel-sel mereka mengurangi jumlah reseptor CRF dan menjadi kurang responsif terhadap hormon tersebut. Pada tikus betina, adaptasi ini tidak terjadi.
Karena sistem saraf tikus memiliki beberapa kesamaan dengan manusia, riset ini dapat berimplikasi terhadap manusia. Meskipun stres pada manusia lebih kompleks. (Livescience/EP/X-5)