Alzheimer dan Stimulasi Otak
19 Feb 2016
TEKNIK stimulasi magnetik transkranial (rTMS
) ternyata mampu meningkatkan kemampuan berbahasa pengidap alzheimer. rTMS adalah prosedur noninvasif ketika serangkaian gelombang magnetik hingga frekuensi 100 Hz dikirim ke otak.
"Meski baru permulaan, hasil ini memberikan prospek pengetahuan lebih lanjut tentang mekanisme plastisitas otak," tutur pimpinan pakar Maria Cotelli dari IRCCS Centro San Giovanni di Dio Fatebenefratelli, Brescia, Italia. "Kita juga mampu mendesain strategi pengobatan baru bagi penderita merosotnya kemampuan syaraf."
Dalam penelitiannya, tim Cotellii menerapkan rTMS kepada sepuluh penderita alzheimer stadium menengah. Beberapa pasien mendapatkan aplikasi rTMS
sebesar 20 Hz selama empat minggu berturut-turut. Adapun yang lainnya memperoleh dua minggu percobaan sebelum gelombang magnetik dikirim ke lobus prefrontal mereka dua pekan berikutnya.
Perubahan signifikan terlihat dua minggu kemudian setelah ilmuwan membagikan lembar tes bahasa kepada para pasien. Jawaban yang benar mencapai hasil 66% hingga 77%.
Meskipun tidak memiliki alasan empirik untuk menjelaskan bagaimana sistem kerja rTMS, pihak Cotelli berspekulasi stimulasi magnetik dapat mengubah aktivitas otak serta pola-pola syaraf yang semrawut.
) ternyata mampu meningkatkan kemampuan berbahasa pengidap alzheimer. rTMS adalah prosedur noninvasif ketika serangkaian gelombang magnetik hingga frekuensi 100 Hz dikirim ke otak.
"Meski baru permulaan, hasil ini memberikan prospek pengetahuan lebih lanjut tentang mekanisme plastisitas otak," tutur pimpinan pakar Maria Cotelli dari IRCCS Centro San Giovanni di Dio Fatebenefratelli, Brescia, Italia. "Kita juga mampu mendesain strategi pengobatan baru bagi penderita merosotnya kemampuan syaraf."
Dalam penelitiannya, tim Cotellii menerapkan rTMS kepada sepuluh penderita alzheimer stadium menengah. Beberapa pasien mendapatkan aplikasi rTMS
sebesar 20 Hz selama empat minggu berturut-turut. Adapun yang lainnya memperoleh dua minggu percobaan sebelum gelombang magnetik dikirim ke lobus prefrontal mereka dua pekan berikutnya.
Perubahan signifikan terlihat dua minggu kemudian setelah ilmuwan membagikan lembar tes bahasa kepada para pasien. Jawaban yang benar mencapai hasil 66% hingga 77%.
Meskipun tidak memiliki alasan empirik untuk menjelaskan bagaimana sistem kerja rTMS, pihak Cotelli berspekulasi stimulasi magnetik dapat mengubah aktivitas otak serta pola-pola syaraf yang semrawut.