ads

Diberdayakan oleh Blogger.

Kecangihan Menjalar ke Pesawat

9 Agu 2010
HIMBAUAN pramugari untuk mematikan telepon seluler sudah tidak asing terdengar saat kita menggunakan jasa transportasi pesawat terbang. Larangan itu benar-benar dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan karena sinyal ponsel diyakini bisa
mengganggu navigasi dan komunikasi pilot dengan petugas air traffi c control. Namun, pelarangan berkomunikasi dengan orang yang berada di darat saat penerbangan ini menjadi masalah bagi penumpang yang sangat membutuhkannya. Kabar gembira lebih dulu menghampiri para pengguna jasa penerbangan milik Selandia Baru. Pasalnya, dengan semakin meningkatnya kebutuhan komunikasi dan internet, Air New Zealand meluncurkan pesawat baru Boeing 777-300ER pada bulan November 2010 yang dilengkapi dengan layanan telepon dan kemampuan data. Para penumpang diperbolehkan mengirimkan pesan singkat (SMS) dan surat elektronik (surel) di tengah penerbangan. Namun, penggunaan telepon masih dilarang. “Penumpang kami di pesawat baru Boeing 777-300 dapat menggunakan peralatan GSM/GPRS dengan aman ketika sistem diaktifkan selama penerbangan. Namun, para penumpang juga diminta menggunakan nada getar atau diam di telepon seluler mereka,” ujar juru bicara Air New Zealand Ed Sims di Auckland, Selandia Baru, dilaporkan Reuters. Menurut Ed, penumpang dapat menggunakan iPhone, BlackBerry, dan telepon seluler GSM untuk mengirim dan menerima pesan selama penerbangan setelah awak kabin mengaktifkan sistem. Laptop dan notebook juga dapat diperbolehkan setelah terhubung dengan pita lebar untuk mengakses internet. Maskapai penerbangan nasional Selandia Baru itu bekerja sama dengan AeroMobile untuk teknologi tersebut. AeroMobile sesuai dengan pesawat berbadan lebar dan sempit. Secara otomatis itu dapat digunakan melalui ponsel sendiri setelah pesawat lepas landas dan mencapai ketinggian 20.000 kaki atau sekitar 6.000 m. Menurut Ed, penggunaan ponsel diperbolehkan selama fase penerbangan saja berdasarkan penggunakan perangkat elektronik portabel. Sistem ini akan mati secara otomatis pada ketinggian di bawah 20.000 kaki, saat pesawat mulaimendarat. Biaya yang dikenakan ketika memakai ponsel sendiri bergantung pada lokasi
dan jaringan. Namun yang pasti, biayanya setara dengan biaya roaming di luar negeri. Layanan itu seperti sebuah negara di langit. Panggilan dan pesan teks dibuat dan diterima melalui penggunaan picocell (stasiun berbasis kecil) di dalam pesawat. Pesan yang dikirim dari pesawat nantinya melalui jaringan satelit kemudian dihubungkan dengan jaringan seluler
yang berada di bawah tanah. Untuk menghindari gangguan dengan jaringan seluler tanah lainnya, pesawat telepon dilengkapi dengan unit sistem yang mencegah transmisi dari sistem dan handset saat mencapai tanah. AeroMobile saat ini termasuk Inmarsat ‘Classic’ L-band, sistem satelit yang sudah diinstal pada lebih dari 2.000 pesawat dengan
rute penerbangan jarak jauh. Berlebihan Di Indonesia, teknologi seperti itu baru
akan diaplikasikan Garuda Indonesia pada 2011 nanti. Kepala Bagian Humas Garuda Indonesia Pujo Broto mengatakan penggunaan teknologi itu masih dalam proses karena ada kemungkinan akan berbenturan dengan Undang-Undang Penerbangan. “Selama teknologi itu belum digunakan, kami tetap melarang penumpang untuk menggunakan ponsel saat penerbangan,” katanya. Pakar teknologi informasi Heru Nugroho mengatakan cara yang yang dilakukan untuk membatasi komunikasi penumpang oleh kebanyakan maskapai di Indonesia dinilai terlalu berlebihan. “Frekuensi ponsel CDMA dan GSM memiliki kanal frekuensi yang berbeda. Jadi, tidak sebegitunya sampai mengganggu air traffi c control,” ujarnya. Heru menambahkan, asalkan para teknisi pintar untuk mengamankan frekuensi pesawat, tentu setiap pengguna jasa penerbangan masih bisa berkomunikasi menggunakan ponselnya selama di dalam pesawat. “Mungkin yang ditakuti oleh pihak penerbangan ketika kanal frekuensi itu bocor karena kemungkinan itu ada.” (*/M-3)
ads
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar test